Malam yang Menggoreskan Hati

Sore itu matahari tak tampak ketika ia ingin bersembunyi dan lenyap dari pandangan manusia karena sore itu, awan menyelimuti Bumi dengan kelamnya sehingga meneteskan air yang turun dari langit dan memenuhi alam sekitarnya dengan genangan air hujan.
Malam menjelma dengan cepat. Hujan masih saja turun dari langit. Seorang wanita yang bernama Gadis sedang menanti seseorang untuk meneleponnya. Seseorang yang ia nantikan adalah orang yang ia sayangi. Orang itu adalah calon suaminya.
Pada malam-malam sebelumnya, Gadis dan calon suaminya yang bernama Putra tak pernah berteleponan karena mereka ingin menjaga hati mereka dari zina hati. Mereka ingin menjaga hubungan mereka selama mereka belum menikah agar dapat meraih cintanya Allah.
Tak terasa, handphone Gadis berdering. “Abang !” gumam Gadis menyuarakan sebutannya pada calon suaminya itu.
“Assalamu’alaikum Abang … “ sapa Gadis dalam telpon.
“Wa’alaikumussalam Adikku … Gadis, kata Gadis ada sesuatu yang perlu kita bicarakan malam ini ?” tanya Putra pada Gadis.
“Iya, benar Bang.” Lalu mereka membahas sesuatu yang tak bisa ku jelaskan di sini.
Tiba-tiba saja, handphone Putra yang lainnya berbunyi pertanda sms masuk. Kebetulan Putra memiliki dua buah handphone. Perbincangan terhenti sejenak.
“Gadis mengenal Citra? Di Facebook, dia berteman denganmu.”
Aku mengingat beberapa menit, “Iya .. Gadis mengetahuinya tapi Gadis tak tahu siapa dia. Memangnya dia siapa ?”
Lalu, Putra menceritakan siapa Citra itu. Citra adalah seorang wanita yang pernah bertemu dengan Putra ketika mereka bergabung dalam sebuah organisasi. Citra juga tahu bahwa Putra sudah mengkhitbah Gadis. Sudah beberapa minggu terakhir ini, Putra dan Citra sering bersms-an. Citra menceritakan tentang hidupnya pada Putra ( curhat ). Dan terdengar kabar juga, bahwa Citra pernah mengikuti lomba sampai tingkat Internasional.
Mendengar penuturan dari Putra atas cerita tentang Citra, hati Gadis menjadi tak karuan. Ia merasa tak senang atas kedekatan Putra dan Citra. Ditambah dengan seringnya bersms-an beberapa minggu terakhir ini.
Gadis merasa cemburu, karena calon suaminya bersms-an dengan wanita lain tanpa pemberitahuan sedikitpun padanya. Ia berusaha memendam rasa cemburu itu. Ia tak ingin mengeluarkan amarahnya pada Putra.
Bagi Gadis ini suatu hal yang sangat menyakitkan. Ia tak pernah menahan rasa cemburu sampai seperih ini. Air matanya mengalir membasahi pipi manisnya. Tapi Putra tak menyadari bahwa hati Gadis sangat cemburu dan perih merasakan sikap yang tak pantas dari Putra, apalagi Gadis sampai menangis.
Kali ini, Gadis tak mengutarakan perasaannya pada Putra. Ia ingin membiarkan Putra seperti itu. Walaupun hatinya begitu sakit, ia akan menunggu sampai kapan Putra seperti itu. Gadis tak pernah berhubungan dengan orang lain khususnya laki-laki tanpa pemberitahuan pada Putra. Ia melakukan itu agar ukhuwah di antara mereka terjalin dengan baik, tanpa ada rasa cemburu sedikitpun.
Tiba-tiba, “Gadis, kenapa kamu diam ? Kamu cemburu ?”
Sambil menangis, Gadis pun menjawab pertanyaan itu dengan lembut tanpa ada rasa marah sedikitpun. “Tidak, Gadis biasa saja. Tidak apa-apa kok.”
Tit tit tit. Telpon pun berakhir pertanda satu jam telah dilewati.
Malam semakin larut, Ia terus menangis karena hatinya begitu perih. Gadis mengetahui bahwa tadi ia telah berbohong pada Putra.
Ia sengaja berbohong pada Putra agar tidak terjadi keributan dan kesalahpahaman pada Citra nantinya karena Citra membutuhkan Putra sebagai tempat share baginya karena ia mengalami suatu kejadian.
Gadis tahu bahwa Putra belumlah sah menjadi suaminya maka oleh karena itulah ia memendam rasa itu dan tak akan diutarakannya pada Putra demi mempertahankan maruahnya.
Ia berniat, esok hari ia akan pergi ke tempat yang sangat ia sukai. Dan mencurahkan semuanya.
Malam ini, Gadis hanya bisa menangis sambil bertitah pada Allah Swt, Dzat yang mengetahui semuanya. Sekejap saja, ia langsung tertidur dengan linangan air mata pada pipi rapuhnya.

0 komentar:

Posting Komentar

Design by WPThemesExpert | Blogger Template by BlogTemplate4U