Fira | Puisi

Kisah Dari Negeri Berjuta Impian

Gumpalan awan bertitah
Pada langit biru nan cerah
Menghiasi tanah Ibu Pertiwi
Dengan alunan Indonesia Raya
Tebarkan pesona kejayaan
Dari nol kilometer
Hingga sanubari Pulau Merauke

Tak begitu lama
Telingaku mendengar desak kepedihan
Dari kerajaan yang meminta cinta
Mereka berteriak kesakitan
Menatap keruntuhan kota
Dan tak tahu melangkah kemana

Gunung yang semula indah dipandangi
Kini menjadi panorama yang dihindari
Meletuskan kekayaan di dalamnya
Ciptakan keadaan berbeda
Dari air mata berjatuhan

Ombak bergulir
Menghempaskan ketragisannya
Tenggelamkan pesisir Sumatera Barat
Hanguskan pekikan histeris
Menjadi insan tak bernyawa

Air mata mengalir dengan deras
Pada raut wajah mereka
Kebahagiaan seakan sirna
Dan kehidupan
Seolah kandas di tengah jalan

Siang berganti malam
Matahari terbit dan terbenam
Bulan datang
Menyapa mereka dengan lembut

Tapi mereka tak berkutik
Diam dalam duka
Sedih menghampiri
Kehilangan sanubari yang dicinta
Yang berjalan jauh
Meninggalkan
Negeri Bhinneka Tunggal Ika

Walau tetesan pilu
Tak dapat tersusun oleh kata
Peluh kematian bersimbahan
Yakinlah
Ini tak kan mengarungi hidup
Dengan perjalanan yang panjang
Sebab ini negeri gemerlap
Ini negeri cinta

Cahaya akan menyongsong samudera selanjutnya
Menjalani hari-hari baru
Dengan senyum
Yang terlukis pada paras wajah

Melupakan segala yang menjadi takdir
Dan menghadapi kenyataan waktu
Dengan cinta dari tanah air

Esok …
Adalah tahun cinta
Tahun penuh kasih sayang
Serta ketegaran

Indonesia akan tersenyum
Menghadap matahari dunia
Dengan semangat baru
Menjadikan rumah selembut awan
Yang terang benderang pada jalannya

Indonesia …
Negeri berjuta impian
Memenuhi pelangi kebangkitan
Sinari khatulistiwa
Dengan terbangan
Sang Garuda


Imaginative Writed

Kepada Seseorang yang Akan Menjadi Pangeran dalam Hidupku …

Assalamu’alaikum Cinta …

Kepada dirimu yang akan menjadi pendamping hidupku kelak, terima kasih ku ucapkan padamu karena engkau telah memilihku di antara ribuan bidadari yang begitu indah di luar sana yang bisa engkau pilih. Padahal, engkau tahu bahwa Aku hanyalah seorang wanita biasa yang sangat jauh dari kesempurnaan. Karenanya, Aku ingin engkau tahu, bahwa Aku bukanlah wanita yang sempurna, serta memiliki banyak kekurangan.

Kepadamu yang akan menjadi cinta sejatiku …

Aku tak sebijak Siti Khadijah, karenanya Aku ingin engkau tahu, Aku akan sering membuat kesalahan dan begitu menyedihkan. Oleh karena itu, ku mohon padamu bijaklah dalam menghadapiku, janganlah memarahiku, nasehatilah Aku dengan hikmah serta kasih sayang, karena bagiku engkaulah pemimpinku, tak akan berani ku membangkang padamu. 

Duhai engkau yang menjadi penentram dalam hidupku kelak …

Ketahuilah, tak selamanya Aku akan cantik di matamu, ada kalanya Aku akan begitu kusam dan tak terurus. Mungkin karena Aku terlalu sibuk di dapur, memasak serta menyiapkan makanan untukmu dan untuk anak-anak kita nanti, InsyaAllah, hingga Aku akan terlihat kotor dan juga berbau asap. Atau karena seharian Aku sibuk membersihkan istana kecil kita, agar engkau dan anak-anak kita merasa nyaman dan tentram berada di dalamnya. Mungkin saja, Aku tak sempat berdandan untuk menyambutmu sepulang dari bekerja. Atau saja, engkau akan menemukanku menguap-nguap ketika mendengar curahan rasamu. Ketahuilah, bukannya Aku tak sanggup menjadi seseorang dimana engkau mencurahkan segala perasaan dan ceritamu, tapi semalam ketika engkau tertidur dengan lelapnya, tak sedetikpun Aku tertidur karena harus menjaga anak kecil kita yang sedang sakit, Aku tak mau mengusik tidurmu karena ku tahu engkau begitu letih, engkau mencari rezeki untukku dan juga untuk anak-anak kita agar kami bahagia. Bila esok pagi engkau mendapatiku begitu letih dan ada lingkaran hitam di mataku, maka tetaplah tersenyum padaku, karena senyum yang tersirat pada bibirmu adalah sumber kekuatanku.

Padamu yang akan menjadi nahkoda dalam hidupku kelak …

Ketahuilah, Aku tak sesabar Fatimah, ada kalanya engkau akan menemukanku begitu marah juga menangis, sungguh bukan Aku membangkang padamu, tapi Aku hanya wanita biasa, Aku juga membutuhkan tempat untuk menumpahkan  beban di hatiku, tempat untuk melepaskan segala rasa dalam hatiku, dan mungkin saja saat itu Aku tak menemukanmu, Aku tak mendapatkan apa yang Aku inginkan darimu, atau saja engkau terlalu sibuk dengan pekerjaanmu, maka bersabarlah, yang ku butuhkan hanya perhatian dan belaian cinta darimu. Karena bagiku, engkau adalah tetesan embun yang mampu memadamkan segala resahku.

Ataukah ada kalanya tanganku akan mencubit penuh kasih sayang buah hati kita karena lelah dan penatku ditambah dengan rengekannya yang tak habis-habisnya. Sungguh bukan maksudku untuk menyakitinya, tapi terkadang Aku kehabisan cara untuk menenangkan hatinya. Maka janganlah engkau memarahiku karena telah menyakiti buah hati kita, tapi cukup engkau usap kepalaku, dan bisikkan kata sayang di telingaku, karena dengan itu Aku tahu engkau selalu menghargai semua yang ku lakukan untuk kalian, dan engkau akan menemukanku menangis menyesali perlakuanku pada anak kita, Aku akan merasakan ribuan kali rasa sakit dari cubitan yang ku berikan padanya, dan Aku akan berjanji untuk tak akan mengulanginya lagi.

Padamu yang akan menjadi imam dalam hidupku kelak …

Ketahuilah, Aku tak secerdas Aisyah, maka jangan pernah bosan membimbing dan mengajariku ke arahNya, walau kadang Aku begitu membingungkan dan bodoh, tapi jangan pernah letih mengajariku. Jangan segan membangunkanku di sepertiga malam untuk bermunajat padaNya yang Maha Kasih. Jangan bosan mengingatkanku untuk terus bersamamu meraih pahala dalam amalan-amalan sunnah. Bimbing Aku dan hatiku ke jannahNya, agar engkau dan Aku tetap bersatu di dalamnya.

Padamu yang menjadi kekasih hati dalam hidupku …

Seiring berjalan waktu, engkau akan menemukan rambutku yang dulunya hitam legam tapi sekarang telah menipis dan memutih. Kulitku yang mulus akan keriput. Tanganku yang lembut akan menjadi kasar. Dan engkau tak akan menemukanku lagi sebagai wanita cantik seperti saat engkau mengkhitbahku puluhan tahun lalu, bukan wanita muda yang selalu bisa menyenangkan hatimu. Maka ku mohon, janganlah engkau berpaling dariku. Karena hanya ada satu yang tak pernah berubah, bahkan sejak dulu akan terus bertambah dan kian bertambah, yaitu rasa cintaku kepadamu.

Mungkin saja, ketika umurku terus bertambah dan usia harapan hidupku berkurang, Aku menderita sakit yang tak berujung. Maka, ku mohon dengan sangat kepadamu, teruslah setia mendampingiku, walaupun Aku tak dapat membuatmu tersenyum dan melayanimu seperti dulu. Dan ketika saatnya, Allah mengambilku darimu, maka ikhlaskanlah Aku berjumpa denganNya. Tetaplah di hatimu selalu ada perasaan cinta untukku seperti dulu, saat Aku selalu ada di sampingmu, walau kini Aku tak ada di sisimu lagi. Dan jika engkau ingin menikah lagi dengan wanita lain sepeninggalku, dari alam sana Aku mencoba mengikhlaskanmu untuk merajut cinta dengan dia yang tak ku kenal agar dirimu bahagia bersamanya. Tapi ingatlah, jangan lupa akan diriku yang selalu mencintaimu dari alam sana, karena di tempatku yang sangat jauh darimu itu, Aku selalu menantimu untuk membersamaiku lagi seperti dulu. Seperti ketika kita bersama, saat Aku menjadi istrimu dan engkau menjadi suamiku.

Ketahuilah, di setiap harinya, setiap menit, bahkan setiap detiknya, telah ku lalui dengan mengagumimu dan jatuh cinta kepadamu. Maka, cintailah Aku dengan apa adanya Aku. Jangan terlalu berharap Aku bisa menjadi wanita yang sempurna. Maafkan Aku, karena Aku bukan ratu ataupun seorang puteri. Aku hanyalah seorang wanita biasa yang selalu mencoba membahagiakanmu.

Amin Ya Rabbal ‘Alaimin

Writed of Love                                                                                   
Fira | Imaginative
Kamar kecilku, 2 Desember 2011

Fira | Puisi

Aku Mencintaimu

Bagiku…
setiap hari
adalah hari yang bernamakan
cinta
karena selalu ada cahaya
yang menorehkan
kasih sayang pada hatiku
yaitu
kasih bunda

Bila semua bintang
bertahta dengan kata cinta
itu semua tak ‘kan cukup
‘tuk ku persembahkan
pada wanita bidadari itu

Dalam kata indah sucinya
menggariskan pesona citra
pada kehidupanku

Segala kasih bunda
adalah tiupan lembut
nafas cinta

Tiupan yang mengantarkan insan
ke gerbang
kedewasaan

Bunda…
ialah sinar sanubari
bagi hari-hari
rinduku padanya

Ada dan tiada dirimu
‘kan selalu ada
Di dalam hatiku

Aku…
‘kan selamanya
mencintaimu
Bunda…

Malam yang Menggoreskan Hati

Sore itu matahari tak tampak ketika ia ingin bersembunyi dan lenyap dari pandangan manusia karena sore itu, awan menyelimuti Bumi dengan kelamnya sehingga meneteskan air yang turun dari langit dan memenuhi alam sekitarnya dengan genangan air hujan.
Malam menjelma dengan cepat. Hujan masih saja turun dari langit. Seorang wanita yang bernama Gadis sedang menanti seseorang untuk meneleponnya. Seseorang yang ia nantikan adalah orang yang ia sayangi. Orang itu adalah calon suaminya.
Pada malam-malam sebelumnya, Gadis dan calon suaminya yang bernama Putra tak pernah berteleponan karena mereka ingin menjaga hati mereka dari zina hati. Mereka ingin menjaga hubungan mereka selama mereka belum menikah agar dapat meraih cintanya Allah.
Tak terasa, handphone Gadis berdering. “Abang !” gumam Gadis menyuarakan sebutannya pada calon suaminya itu.
“Assalamu’alaikum Abang … “ sapa Gadis dalam telpon.
“Wa’alaikumussalam Adikku … Gadis, kata Gadis ada sesuatu yang perlu kita bicarakan malam ini ?” tanya Putra pada Gadis.
“Iya, benar Bang.” Lalu mereka membahas sesuatu yang tak bisa ku jelaskan di sini.
Tiba-tiba saja, handphone Putra yang lainnya berbunyi pertanda sms masuk. Kebetulan Putra memiliki dua buah handphone. Perbincangan terhenti sejenak.
“Gadis mengenal Citra? Di Facebook, dia berteman denganmu.”
Aku mengingat beberapa menit, “Iya .. Gadis mengetahuinya tapi Gadis tak tahu siapa dia. Memangnya dia siapa ?”
Lalu, Putra menceritakan siapa Citra itu. Citra adalah seorang wanita yang pernah bertemu dengan Putra ketika mereka bergabung dalam sebuah organisasi. Citra juga tahu bahwa Putra sudah mengkhitbah Gadis. Sudah beberapa minggu terakhir ini, Putra dan Citra sering bersms-an. Citra menceritakan tentang hidupnya pada Putra ( curhat ). Dan terdengar kabar juga, bahwa Citra pernah mengikuti lomba sampai tingkat Internasional.
Mendengar penuturan dari Putra atas cerita tentang Citra, hati Gadis menjadi tak karuan. Ia merasa tak senang atas kedekatan Putra dan Citra. Ditambah dengan seringnya bersms-an beberapa minggu terakhir ini.
Gadis merasa cemburu, karena calon suaminya bersms-an dengan wanita lain tanpa pemberitahuan sedikitpun padanya. Ia berusaha memendam rasa cemburu itu. Ia tak ingin mengeluarkan amarahnya pada Putra.
Bagi Gadis ini suatu hal yang sangat menyakitkan. Ia tak pernah menahan rasa cemburu sampai seperih ini. Air matanya mengalir membasahi pipi manisnya. Tapi Putra tak menyadari bahwa hati Gadis sangat cemburu dan perih merasakan sikap yang tak pantas dari Putra, apalagi Gadis sampai menangis.
Kali ini, Gadis tak mengutarakan perasaannya pada Putra. Ia ingin membiarkan Putra seperti itu. Walaupun hatinya begitu sakit, ia akan menunggu sampai kapan Putra seperti itu. Gadis tak pernah berhubungan dengan orang lain khususnya laki-laki tanpa pemberitahuan pada Putra. Ia melakukan itu agar ukhuwah di antara mereka terjalin dengan baik, tanpa ada rasa cemburu sedikitpun.
Tiba-tiba, “Gadis, kenapa kamu diam ? Kamu cemburu ?”
Sambil menangis, Gadis pun menjawab pertanyaan itu dengan lembut tanpa ada rasa marah sedikitpun. “Tidak, Gadis biasa saja. Tidak apa-apa kok.”
Tit tit tit. Telpon pun berakhir pertanda satu jam telah dilewati.
Malam semakin larut, Ia terus menangis karena hatinya begitu perih. Gadis mengetahui bahwa tadi ia telah berbohong pada Putra.
Ia sengaja berbohong pada Putra agar tidak terjadi keributan dan kesalahpahaman pada Citra nantinya karena Citra membutuhkan Putra sebagai tempat share baginya karena ia mengalami suatu kejadian.
Gadis tahu bahwa Putra belumlah sah menjadi suaminya maka oleh karena itulah ia memendam rasa itu dan tak akan diutarakannya pada Putra demi mempertahankan maruahnya.
Ia berniat, esok hari ia akan pergi ke tempat yang sangat ia sukai. Dan mencurahkan semuanya.
Malam ini, Gadis hanya bisa menangis sambil bertitah pada Allah Swt, Dzat yang mengetahui semuanya. Sekejap saja, ia langsung tertidur dengan linangan air mata pada pipi rapuhnya.

Fira | Puisi

Tangan-tangan Mungil Menggapai Langit Cinta

Duka adalah angin kelam yang telah berlalu
Yang terus membayangi
Dan menghinggap
Pada butir air mata kerinduan

Usia mata beningmu yang sangat muda
Hati sucimu yang mempesona
Bibir manismu yang merah merekah
Dan musim umurmu
Yang penuh kegurauan
Tapi telah kau tebar cinta hangat itu
Pada langit bahagia kehidupanmu

Kau bertanya padaku
Tentang percikkan
Cahaya sang surya
Percayalah
Kilauannya tak seterang
Mata bunda

Tatapan sang bunda
Yang menghadirkan kehangatan cinta
Menggantikan sinarnya mentari
Menjadi cahaya abadi rindunya

Kau bertanya padaku
Tentang kokohnya langit
Yang bertonggak tanpa tiang
Percayalah
Kekuatannya tak setangguh
Bahu ayah

Dikala ia memanggulmu
Dengan kasih dan sayang
Serta keikhlasan cintanya

Hasrat ayah bunda
Selalu hadir
Pada langit malam kasihmu
Berkelap-kelip
Menyinari kelam dan cerah hidupmu

Apakah kau tahu?
Bunda…
Bunda adalah sinar mentari yang luar biasa
Sebab ia
Menciptakan kehidupan cinta
Dan menaburinya dengan senyum

Kau tahu?
Ayah…
Ayah adalah tetesan air keikhlasan
Sebab ia
Memberikan jalan untuk melangkah

Sanubari cintamu pada ayah bunda
Telah kau curahkan
Dalam munajat dan tetesan rindumu

Kau pun melangkah
Untuk melukis puisi cinta
Bagi sang ayah bunda kesayanganmu

Ku yakin…
Tangan-tangan mungilmu dapat mengukir langit
Dengan kata cinta
Pada senandung ayah bunda


Design by WPThemesExpert | Blogger Template by BlogTemplate4U